January 06, 2015
masih jetlag liburan
Ini selalu terjadi pada saya setiap kali saya balik ke Bekasi dari liburan di kampung.
Kok jadi susah ya mulai ceritanya?
Saya selalu enjoy bermain dengan keponakan saya yang ada lima itu, aldi, ozzie, daani, deeva dan yang paling kecil rio. Dan saya jatuh cinta dengan kelimanya.
Selama libur lima hari di akhir tahun kemarin saya puas-puasin betul main dengan mereka. Sekedar berenang, main di sepeda, belanja cemilan di mal, atau kalau dengan rio dan deeva mandiin mereka tiap pagi dan sore, dan saya jadi mulai terbiasa dengan keberadaan anak-anak ini. Apalagi rio, dia baru bisa jalan dan sedikit-sedikit belajar bicara, nggemesin betul.
Salah saya mungkin, karena terlalu involve, jadinya setelah balik liburan gini saya menjadi melow, ingat dan kangen terus-terusan. Dan yang bisa saya lakukan hanya membuka handphone, lihat foto dan paling pol menelpon mereka, cuma sekedar buat mendengar suaranya saja. Dan itu sudah membuat kangen saya sedikit terangkat.
Tapiii…saya juga mulai berpikir, semua yang saya lakukan sekarang seperti tak ada artinya. Maksudnya semua yang tadinya saya pikir saya perlukan, seperti liburan akhir taun ke tempat yang saya belum pernah kunjungi, makan enak di tempat mahal sekali-sekali, upgrade gadget sekalipun belum perlu benar, novel-novel baru yang ada di toko buku, film-film bagus yang harus ditonton, dan hal-hal lain yang tadinya saya anggap perlu untuk re-charge setelah melewati tekanan pekerjaan.
Jangan salah sangka, saya tidak selalu jalan-jalan tiap akhir tahun, saya juga jarang sekali makan di tempat mahal, dan akhir-akhir ini saya lebih suka nonton film lewat dvd atau donwload film dari internet. Begitupun dengan novel, sudah lama sekali saya tidak membelinya, novel terakhir yang saya beli adalah Inverno-nya Dan Brown, yang sangat saya nikmati. Jujur saja saya lebih suka tinggal di rumah setiap akhir minggu, kruntelan di kasur sambil baca novel atau nonton film.
Yang saya maksudkan adalah ternyata saya jadi lebih menghargai komunikasi yang lebih sering dengan keluarga, ternyata saya lebih happy ketika saya mendengar ibu saya cerita soal deeva yang jatuh hari ini, atau ketika mendengar rio sudah bisa ngomong bapak, nda untuk bunda, ak untuk kakak, atau ketika mendengar bulik akan mengadakan sukuran atas khitan anaknya, atau untuk maulid nabi tahun ini mesjid menyediakan rantang warna-warni sebanyak 250 pcs untuk dibagikan ke anak-anak, rute sepeda Bapak yang makin jauh saja, atau mangga depan rumah yang lagi berbuah banyak
Hal-hal seperti itu.
Terlalu drama? Atau karena umur yang makin nambah?
Atau saya baru saja sadar bahwa tak ada lebih bisa menerima apapun keadaan kita selain keluarga. terutama orang tua? Dan betapa beruntungnya saya mempunyai orang tua juara satu sedunia.
Yang jelas saya jadi sadar bahwa saya tidak dapat membeli kebahagiaan dengan status, gadget, sekedar shopping, atau jalan-jalan. Bahwa saya ternyata lebih bahagia dengan dekat dan berbagi dengan orang-orang yang saya sayang, keluarga, teman, dan orang terdekat. *batuk*
Telpon rio lagi ah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment