Keputusan untuk terbang ke Belitung terus terang dibuat dengan setengah hati.
Setengah hati karena saya ingin pulang dan kangen sekali dengan Rio, tapi tak sanggup juga saya melihat Ibu menatap dengan pertanyaan yang tak terucap, apa yang membuatmu pulang lagi karena dua minggu sebelumnya saya juga baru pulang kampung.
Setengah hati dengan bergumam, ah kalau tak dapat tiket pun tak apa tak pergi.
Tapi keputusan ini juga dibuat dengan sepenuh hati karena kepala sudah sesak dengan tekanan di kantor yang membuat saya ingin menepi.
Jadi begitulah.
Akhirnya saya, di tengah minggu menelepon Irma, teman yang tinggal di Membalong, Belitung Timur, memberi kabar bahwa saya akan week end di sana.
Datang sabtu pagi dan pulang minggu pagi.
Sehari saja.
Dan kuping panas juga mendengar teriakan Irma di telepon, ‘Gila lu ya?!’
Kenapa juga musti Belitung?
Karena saya masih penasaran dengan sunset di pantai Tanjung Pendam. Dua kali ke Belitung, dua kali juga saya melewatkan sunset disini, karena sibuk mengejar sunset di pantai Tanjung Tinggi.
Saya membayangkan nongkrong sendiri, eh berdua dengan Irma ding, tak melakukan apapun, tak membicarakan apapun selain menikmati tenggelamnya matahari.
Nikmaaattt...
Dan karena Andrea Hirata bilang bahwa akan ada festival laskar pelangi minggu depan, katanya.
Iya, saya bertemu si abang ini waktu book signing buku terbarunya di toko buku di sebuah mal di Bekasi.
Yang dibilang minggu depan waktu itu adalah akhir bulan Agustus, tanggal 27 sampai 29.
Dan saya, berhubung datang hari sabtu, ya cuma kebagian satu hari saja, pas penutupan.
Tahu kah kau kawan, ini festival ternyata sudah dibuat keempat kalinya tahun ini.
Hihihi… saya juga baru tahu.
Meskipun sehari tapi banyak kesan yang saya dapat dan saya betul-betul happy dan enjoy disana.
Pada akhirnya saya tak hanya menikmati sunset di Tanjung Pendam, tapi juga menikmati festival laskar pelangi di Tanjung Tinggi dari siang sampai malam.
Bertemu dengan Andrea (lagi), melihat untuk kali pertama Tarian Pendulang Timah, menyaksikan untuk kali pertama juga penampilan Meda Kawu, Hiroaki Kato dan juga String Quartet Electra.
Dan pertunjukan seribu kembang api yang menutup festival ini sungguh membuat hari saya saat itu entah mengapa membahagiakan.
Ini mungkin salah satu keputusan impulsif yang pernah saya ambil dan bisa jadi tidak akan saya ulang untuk waktu lama.
Ah kapan-kapanlah saya ceritakan mengapa.
No comments:
Post a Comment