Pages

June 15, 2015

the bucket list

jack_nicholson_in_the_bucket_list_wallpaper_4_800

Sudah pernah nonton The Bucket List?

Itu lhooo…film yang dibintangi Jack Nicholson dan Morgan Freeman.

Saya sudah. Banyak kali.

Dan tiap kali nonton film ini saya nangis.

Ini betul terjadi, hihihi….

Ceritanya, dua orang laki-laki, tak muda lagi, dengan karakter bertolak belakang, datang dari latar belakang yang berbeda, dan pejuang kanker stadium lanjut, memilih kabur dari rumah sakit untuk jalan-jalan keliling dunia. Keputusan ini diambil setelah mereka mendengar vonis dokter bahwa hidup mereka diperkirakan tinggal beberapa bulan, setahun paling lama.

Mendengar vonis seperti itu, Carter, yang sedang membuat The Bucket List, duduk termangu melihat kembali list yang sudah dibuat, dan meremasnya. 

Esok paginya, Edward membaca Bucket List yang sudah dibuang Carter, mulai membujuk untuk melakukan semua yang ditulis oleh Carter, dengan beberapa tambahan darinya, seperti skydiving, makan malam di hotel mewah di French Riviera, berburu harimau dan gajah di Africa, melihat piramida di Mesir,dan trekking ke Himalaya.

Itu baru diantaranya. Kalau Edward cenderung membuat list untuk bersenang-senang, Carter lebih banyak membuat list yang bersifat spiritual.

Saat di Cairo, di sebuah reruntuhan piramida, Carter bertanya kepada Edward.

Have you found joy in your life?
Sudahkah kau menemukan kebahagiaan dalam hidup?

Has your life brought joy to others?
Sudahkah hidupmu membawa kebahagiaan untuk orang lain?

Mikir nggak sih kalau dapat pertanyaan seperti ini?

Saya yang cenderung menerima hidup ini seolah-olah hidup diberikan secara gratis.

Saya yang lebih suka memilih jalan termudah dalam hal apapun.

Saya juga yang sengaja lupa bahwa setiap hal harus diperjuangkan.

Sungguh dua pertanyaan seperti itu membuat saya berpikir panjang sebelum dapat menjawabnya.

Dan apakah saya juga bisa berlapang hati seperti Edward dan Carter?

Yang bisa menerima vonis mati dengan besar hati, tak larut dengan kondisi, dan sebaliknya mengisi sisa hidup dengan kegiatan yang menyenangkan dan juga membuat orang lain senang?

Di akhir film, semua list yang ada dibuat Carter dan Edward diceritakan dapat dilaksanakan. Pada akhirnya keduanya saling memberikan kebahagiaan satu sama lain.

Ini dia yang ditulis Carter untuk Edward di akhir film :
There’s no way I can repay you for all you’ve done for me. So rather than try, I’m just going to ask you to do something else for me.
Find the joy in your life.
You once said that you are not everyone.
Well that’s true. You certainly not everyone, but everyone is everyone.
My pastor always says, our life are streams, flowing into the same river toward whatever heaven lies in the mist beyond the falls.
Find the joy in your life, Edward.
My dear friend, close your eyes and let the water take you home.
Dan coba dengar apa yang dikatakan Edward di pemakaman Carter.
Carter and I saw the world together.
Which is amazing, when you think that only three months ago we were complete stranger.
I hope that it doesn’t selfish of me, the last months of his life is the best months of mine.
He safe my life, and he knew it before  I did.
I’m deeply proud that this man found it worth his while to know me.
In the end, I think it safe to say that we brought some joy to one another’s lives.
So one day when I go to some final resting place, if I happen to wake up next to a certain wall with a gate, I hope that Carter’s there, to vouch for me.
And show me the rope to the other side.




Hiks...
Happy watching my dear friends, and enjoy the movie





June 04, 2015

papandayan {sampai tegal alun kali ini}


DSC01167

Ini adalah kali kedua saya termakan hasutan Bang Hafis untuk ikut serta dalam perjalanan ke Papandayan.

Perjalanan pertama hampir tiga tahun lalu, kalau tidak salah bulan Desember. Kami bertujuh waktu itu.

DSC01175

Kali ini anggotanya delapan orang, dengan lima orang yang berbeda.

June 02, 2015

tempe mendoan

 DSC01267

Bicara tempe mendoan tidak bisa tidak saya pasti ingat Bang Hafis, senior jaman kuliah dulu.
Dia yang menularkan virus kemping kepada saya. Acara seperti ini adalah salah satu wahana kita bertemu untuk seru-seruan.

Dua kali kemping terakhir dengan Bang Hafis, dia insist harus ada menu tempe mendoan pada salah satu waktu makan kami.
Yang pertama waktu kemping ke Gunung Bunder, Bogor. Tempe sudah dibeli malam hari sekalian pada saat belanja semua perbekalan di sebuah supermarket di kawasan Lebak Bulus.